Monday, May 18, 2009

Facebook VS Kinerja


Telah banyak tulisan di media cetak mengulas tentang hubungan “demam facebook” dengan perilaku karyawan dalam bekerja. Kalau coba disimpulkan dan dirata-rata boleh dikatakan bahwa tulisan-tulisan tersebut lebih banyak menyatakan bahwa Facebook banyak “mudaratnya” terhadap kinerja karyawan. Apakah memang demikian buruk pengaruh facebook terhadap kinerja pegawai?

Kalau karyawan demikian ter“adiction”nya sehingga tidak bisa mengelola waktunya dan akhirnya hasil kerjanya menurun maka memang sepantasnya “facebook” diblokir agar tidak di akses oleh karyawan.

Beberapa kalangan yang tidak setuju dengan pandangan itu pasti akan menentang dengan menyatakan bahwa belum ada studi ilmiah yang membuktikan bahwa dengan sering mengakses facebook kinerja akan menurun. Beberapa yang lainya mungkin akan mengatakan dengan mengambil contoh dirinya bahwa kinerja tidak menurun dengan adanya “tambahan kerja” membuka-buka facebook. Tentu saja alasan ini juga belum didukung oleh hasil studi ilmiah.

Tetapi jika kita ingat pesan ceramah yang diajarkan oleh para pemukan agama (apapun agamanya), sering disampaikan bahwa apapun jika “berlebihan” atau “terlalu” dalam versinya bang haji Roma Irama, itu tidak baik. Pun jika itu yang enak-enak dan yang halal.

Jika kita mengambil esensi dari ajaran tersebut rasanya tidak ada yang “mengharamkan” adanya facebook asalkan tidak berlebihan, apa hubunganya coba? Yang akan dikatakan di sini sebenarnya adalah, jika karyawan tetap menunjukkan prestasi kerja yang baik dan tidak menggunakan sebagian besar waktu dan konsentrasi untuk aktivitas “facebooking” ini, facebook masih pada tataran “tidak berdosa”.

Yang artinya karyawan sendiri harus mampu mengelola dirinya dengan baik antara mengerjakan pekerjaan kantor dan “pekerjaan dari facebook”.

Sungguh memang sangat mengasyikan dan menyegarkan ketika kita bisa mendapatkan up date informasi teman-teman SMA, SMP atau bahkan SD yang telah puluhan tahun tidak tahu kabarnya. Seketika itu juga memori kita akan melayang ke masa berpuluh-puluh tahun lalu tentang kelucuan-kelucuan, cinta-cintaan, dan kenakalan masa muda. Belum lagi ditambah dengan ilustrasi foto-foto yang tentunya akan menambahkan sensasi yang dirasakan menjadi kian lengkap.

Kesenangan “facebooking” tidak berhenti sampai di situ saja, apakah yang pembaca semua rasakan jika ada teman yanag mge”add” kita, apa juga yang dirasakan jika komentar kita dalam “wall” mendapat komentar yang lucu-lucu. Sensasi “fresh” dan menyenangkan akan dirasakan.

Pertanyaan selanjutnya adalah siapa yang tahan dengan godaan ini? Jawabanya adalah mereka yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugas dan tanggung jawabnya atau karyawan yang memiliki competency melakukan “devided attention” yang baik sehingga tidak mudah terpengaruh oleh “distruction factors” yang ada .

Tentunya karyawan yang masuk golongan ini tidak banyak dan manusiawi (bahwa manusia itu pada dasarnya tidak sempurna), namun tetap harus di upayakan dari sisi internal dalam diri masing-masing karyawan. Sehingga sangat bisa dipahami jika perusahaan (pengusaha) sebagai pihak external membuat kebijakan memblokir atau selektif dalam memberikan akses karyawan terhadap facebook.

Untuk beberapa bagian mungkin justru facebook akan membantu dalam bekerja, seperti sales dan marketing, karena bagian tersebut harus “gaul” dan up date terhadap informasi di luar. Namun tentunya bagian mana yang akan mendapatkan hak untuk mengakses ataupun bahkan larangan untuk mengakses tetap merupakan hak prerogratif Perusahaan (pengusaha), tentunya hak ini tidak disemangati oleh sikap negative yang akan kontra produktif terhadap kinerja karyawan.

Kebijakan yang “ win-win” akan lebih memberik dampak yang posistif bagi kedua belah pihak, karyawan dan perusahaan.

No comments:

Post a Comment