Monday, March 23, 2009

Yang Memiliki 'Value Added' Yang Dicari



Akibat kiris keungan global persaingan di dunia kerja sekarang ini menjadi semakin ketat. Selain karena jumlah angkatan kerja baru atau fresh graduated, semakin bertambah setiap tahunnya. Program efisiensi dengan mengurangi jumlah karyawan baru yang akan direkrut, yang dijalankan oleh perusahaan-perusahaan juga menambah kesemptan kerja menjadi berkurang. Perusahaan lebih mengedepankan usaha untuk mengoptimalkan sumber daya yang telah dimiliki.

Akan kemanakah para angkatan kerja baru tersebut terserap? Siapakah yang akan berhasil lolos dalam menembus lubang jarum seleksi dunia kerja? Tentulah secara normatif jawabanya adalah orang yang memenuhi competencies dari jabatan yang tersedia.

Kemudian pertanyaannya, apakah memang hanya sedikit dari sekian ratus ribu angkatan kerja yang memiliki competencies untuk suatu jabatan yang tersedia untuk fresh graduated? Tentu tidak jawabanya. Sebagai contoh jika kita mencari karyawan untuk jabatan sales, competencies yang dipersyaratkan antara lain adalah :

  1. Confidence
  2. Comunication
  3. Perseverance
  4. Sales Skill

Untuk menemukan orang yang memenuhi competencies nomer 1-3 sepertinya tidak sulit dari angkatan kerja yang ada. Namun jika kita saring lagi yang memenuhi competency = sales skill, akan semakin sedikit yang memenuhi syarat. Akan tetapi sedikit di sini bukan berarti langka, karena jika kita melihat lebih ke dalam lagi di kehidupan kampus banyak mahasiswa jaman sekarang yang ‘nyambi’ berjualan.

Tahap berikutnya setelah aspek competencies adalah kesempatan kerja, seperti yang saya uraikan di awal tulisan ini. Jadi siapa ‘dong’ dari sekian banyak candidates sales yang telah lulus seleksi competencies tersebut yang akan terpilih? Jawabanya adalah mereka yang memiliki value added (nilai tambah) atau yang memiliki keunikan atau perbedaan sehingga menonjol dibandingkan dengan yang lain.

Sebagai contoh jika kita sebagai recruiter, tentu akan memilih fresh graduated yang telah memiiki pengalaman 'real' di lapangan kerja dibandingkan dengan candidates yang hanya bagus dalam assessment terhadap competency-nya. Kita akan cenderung mengambil kandidat yang di masa lalunya pernah memiliki pengalaman mencapai kesuksesan setelah melalui perjuangan dan usaha yang ulet dan terus menerus.

Tanggung jawab siapakah untuk menciptakan tenaga kerja yang memiliki value added ini? Tentu semua stake holder yang terlibat dalam proses perkembangan mahasiswa sejak dini samapai lulus kuliah. Kampus, orang tua dan mahasiswa itu sendiri.

Kampus menyediakan media dan dukungan program yang merangsang mahasiswa mampu mengembangkan kekhasan atau keunikan dari masing-masing individu mahasiswa sesuai dengan minat, bakat dan kemampuanya. Agar jika mereka nanti lulus mampu menjawab tantangan dunia kerja. Salah satu yang disarankan kepada kampus adalah menjalin hubungan yang erat dengan dunia usaha atau perusahaan. Diharapkan dengan kedekatan tersebut diperoleh informasi dan penghayatan akan kebutuhan 'real' dunia kerja.

Orang tua mahasiswa dengan kelimpahan kasih sayangnya diharapkan untuk bisa menahan diri. Untuk tidakmemanjakan anaknya dengan berlebihan, latihan kemandirian dan tanggung jawab sejak dinilah yang perlu ditanamkan. Agar diperoleh penanaman nilai-nilai yang positif mendukung kehidupanya kelak jika sudah benar-benar dewasa.

Mahasiswa adalah Subyek yang paling bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Wawasan pengetahuan dan pola asuh sejak dini adalah fondasi yang akan menentukan arah visi-misi dirinya kedepan, namun tetap semuanya ditangan mereka.


Semoga hal ini bermanfaat bagi kita semua.

No comments:

Post a Comment