Kemudian kalau kita mendengar istilah Politik kantor itu apa maksudnya? Maksud dan tujuanya sama saja dengan politik dalam bernegara. Orang yang menjalankan politik di kantor atau ditempat kerja adalah untuk mendapatkan “kekuasaan”, yang dalam terminology dunia kerja maksudnya adalah: peningkatan career/jabatan, kepentingan diri sebagai karyawan dapat diakomodasi oleh atasan sehingga mendapatkan keuntungan yang diharap (pujian, penilaian yang baik, kenaikan gaji, terhindar dari tanggung jawab, dll).
Wah, artinya semua karyawan akan melakukan politik kantor, dong? Jawabnya tidak, karena dalam politik kantor biasanya para praktisinya adalah orang yang menyadari kekurangan yang ada dalam dirinya. Dengan kekuranganya tersebut kalau tidak di-“make offer” maka si karyawan akan tampak seperti biasa saja, sehingga kesempatan peningkatan level jabatanya akan sama dengan orang-orang pada umumnya (apa adanya). Dengan “make offer” prestasi karyawan tersebut akan dipersepsikan luar baiasa dan kinclong, setiap inci improvement yang dibuat akan ter “zoom in” oleh atasan.
Politik kantor yang lain adalah bersifat negative, agar terhindar dari tanggung jawab, menghindarkan diri dari penugasan yang tidak disukai, menghindarkan diri dari sangsi akibat kesalahan yang dibuat. Pada dasarnya semua yang dilakukan adalah untuk suatu kepentingan pribadi dan hal ini kongruen dengan politik Negara.
Politik kantor boleh saja dan sah dilakukan asalkan tidak menggunakan cara-cara yang merugikan orang lain dan mengedepankan cara-cara yang elegan. Tetapi memang agak sulit untuk menemukan praktek politik yang demikian. Karena biasanya mereka akan dikenal sebagai karyawan: penjilat, cari muka, makan kawan sendiri, dan oportunis.
Biarpun kesannya negative namun hal ini adalah hal yang sangat umum terjadi dalam dunia kerja. Kalau kita cukup percaya diri dengan competencies yang kita miliki sebenarnya tidak perlu melakukan hal-hal yang seperti itu. Tetapi perlu diingat bahwa “mengiklankan” apa yang kita kerjakan adalah juga cukup penting, melalui jalur komunikasi yang ada. Misalkan menjelaskan dalam sesi meeting atau presentasi dan media komunikasi internal. Sehingga tidak usah sakit hati bila ada rekan kerja yang melakukan praktek politik kantor.
No comments:
Post a Comment